Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan Peristiwa-peristiwa yang Mengiringinya
Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan peristiwa-peristiwa yang mengiringinya. Tulisan ini dibuat oleh Al-Ustadz Hasbi Habibi Pegiat Kajian Keislaman.
Nabi Muhammad SAW, lahir dalam keadaan yatim di Kota Makkah pada 12 Rabiul Awwal. Tahun kelahirannya sering disebut sebagai Tahun Gajah. Disebut Tahun Gajah karena menjelang kelahiran Nabi Saw, ada peristiwa penyerbuan pasukan Raja Abrahah dengan membawa pasukan bergajah yang hendak menghancurkan Ka’bah. Peristiwa penyerbuan Ka’bah itu terjadi pada 12 Muharram di tahun 571 Masehi.
Lahirnya Nabi Muhammad SAW, membuat gembira hati Abdul Mutholib (kakek Nabi), saking gembiranya, menurut beberapa kisah, Abdul Mutholib membawa bayi Nabi Muhammad itu thawaf mengelilingi Ka’bah dan memberinya nama “Muhammad”. Nama Muhammad memang terlihat asing dimata masyarakat Arab masa itu, sehingga menimbulkan banyak pertanyaan. Lalu dengan singkat, Abdul Mutholib menjawab “Ya, agar kelak ia menjadi orang yang terpuji.”
Peristiwa kelahiran Nabi Muhammad Saw, diiringi dengan peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Di antaranya adalah padamnya api sesembahan orang-orang Majusi. Api tersebut padam setelah ratusan tahun menyala tanpa pernah padam.
Saat kelahiran Nabi, Istana Kisra yang berdiri mewah tiba-tiba terguncang. Kerajaan yang kerap bertindak zalim itu hancur, sebanyak 14 bangunan istana pun roboh. Kelahiran Nabi itu seakan memberikan peringatan akan datangnya kehancuran bagi kebatilan. Di sisi lain, kelahiran Nabi adalah kabar gembira bagi penyeru kebaikan.
Kota Makkah yang sebelumnya kering kerontang, menjelang kelahiran Nabi menjadi hijau subur. Makkah diguyur hujan lebat, tumbuhannya menghijau dan pepohonannya menjadi rimbun. Penyair Imam Bushairi dalam Qasidah Al-Burdah mengungkapkan:
Kelahiran Sang Nabi menampakkan kesucian diri;
Alangkah indah permulaannya, juga indah penghabisannya;
Hari kelahiran Rasulullah saat ada firasat bangsa persia;
Bahwa ada peringatan kepada mereka datangnya bencana dan siksa.
Baca juga: Maulid Nabi SAW: Ekspresi Kegembiraan dan Kesyukuran
Sosok Nabi Muhammad SAW dalam Al Quran
Nabi dan rasul adalah seorang manusia biasa yang diangkat Allah dalam rangka mengemban misi keTuhanan untuk setiap manusia. Dalam kapasitasnya sebagai manusia, seorang nabi dan rasul tentu terikat dengan hukum alamiahnya (lahir, tumbuh dan mati). Sementara itu, dalam kapasitasnya sebagai manusia pilihan Allah yang bertugas membawakan berita langit dan risalah keTuhanan, seorang nabi atau rasul mempunyai sejumlah kelebihan dibandingkan manusia pada umumnya.
Sosok nabi terakhir Nabi Muhammad SAW, dalam al-Qur’an dinyatakan dalam sejumlah sebutan. Paling tidak, ada lima sebutan sosok Nabi Muhammad Saw. dalam al-Qur’an, yaitu sebutan:
1) Muhammad, dapat dilihat dalam Q.S. Al-Fath [48] Ayat 29, Q.S. Ali Imran [3] Ayat 144; Q.S. al-Ahzab [33] Ayat 40, dan Q.S. Muhammad [47] Ayat 2; 2) Ahmad, dapat dilihat dalam Q.S. As-Shaff [61] Ayat 6; 3) Rasul, dapat dilihat misalnya dalam Q.S. Ali Imran [3] Ayat 114; Q.S. Al-Ahzab [33] Ayat 21 & 40, dan al-Fath [48] Ayat 28 & 29; 4) Nabi, dapat dilihat misalnya dalam Q.S. Ali Imran [3] Ayat 68, Q.S. At-Taubah [9] Ayat 61, dan Q.S. Al-Ahzab [33] Ayat 1 & 6; 5) Basyar, dapat dilihat misalnya Q.S. al-Isra’ [17] Ayat 93 & 94, Q.S. Al-Kahfi [18] Ayat 110, Q.S. Fushilat [41] Ayat 6, dan Q.S. al-Muddatsir [74] Ayat 25.
Masing-masing dari sebutan dalam a-Qur’an ini tentu saja mempunyai karakteristik khusus yang dapat membedakan antara sebutan satu dengan sebutan lainnya. Meskipun harus diakui juga bahwa masing-masing sebutan tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dari lainnya, kelima sebutan tersebut tetap bermuara pada satu obyek, yakni sosok Muhammad Saw.
Penyebutan nama lainnya disebutkan dalam hadits Jubair bin Muth’im r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Sungguh aku mempunyai beberapa nama. Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah Al-Mahi (yang menghapus) yang denganku Allah menghapus kekafiran, aku adalah Al-Hasyir (yang mengumpulkan) yang manusia dikumpulkan pada qodam-ku (masa kenabianku), aku adalah Al-‘Aqib (yang paling belakangan) yang tidak ada kerasulan sesudah itu.” (H.R. Bukhari, no. 4896 dan Muslim, no. 2354).
Sebutan Nama Lainnya
Dalam riwayat lain, dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a. berkata, “Dahulu Rasulullah Saw. memperkenalkan dirinya pada kami dengan beberapa nama. Beliau berkata, “Aku adalah Muhammad, Ahmad, Al-Muqaffi (mengikuti nabi sebelumnya), Al-Hasyir (yang mengumpulkan), Nabiyyut-taubah, dan Nabiyyur-Rahmah.” (H.R. Muslim, no. 2355). Dalam hal ini masih banyak lagi dalil para ulama yang menerangkan tentang macam nama nabi dengan beragam versi.
‘Athif Qosim Amin al-Maliji dalam kitab karangannya Asma’ Nabi Fii al-Qur’an wa as-Sunnah, memaparkan nama-nama nabi itu adalah Muhammad, Ahmad, ‘Abdullah, Al-Ummi, Ar-Rahiim, Al-Basyir, Asy-Syaahid/Asy-Syahiid, An-Nadzir, Ad-Da’I ilallah, Al-Muballigh, Al-Hanif, Al-Mahi, Rasul Al-Malahim, Al-Hasyir, Nabi At-Taubah, An-Nur, As-Sirojul Munir, Al-Musthofa, Al-Mudatstsir, Al-Muzammil, Ath-Thahir, Al-Muthahar, Al-Muthahir, Al-Mutawakkal, Al-Amin, Ash-Shadiq, Thaha, Al-jami’, Al-Wali, Al-Fatih, Al-Hadi, Shohibul Kautsar.
Banyaknya nama menunjukkan agungnya si pemilik nama. Begitulah istilah Imam Nawawi dalam kitabnya Tahdzibul Asma’ wa al-Lughoh. Betapa agung dan mulianya sosok Nabi Muhammad Saw. Sehingga ia memiliki banyak sekali sebutan/nama.