Berita TerbaruHeadlineKhazanah

Menilik Fenomena Kesurupan Jin

Menilik Fenomena Kesurupan Jin, tulisan ini dibuat oleh Al-Ustadz Hasbi Habibi (Pegiat Kajian Keislaman).

Fenomena kesurupan atau kerasukan acapkali terjadi di masyarakat, bahkan menjadi pemberitaan televisi maupun di media massa lainnya. Tidak sedikit orang yang mengalami kesurupan (Sunda: kasarumahan) berbicara ngawur, tidak sadar diri dan bertingkah aneh, seperti meniru sesosok makhluk, entah itu hewan atau lainnya

Menurut psikolog, kesurupana ini merupakan reaksi kejiwaan yang diistilahkan dengan Dissociative Trance Disorder (DTD) atau gangguan disosiasi. Gangguan disosiasi itu menurut teori Sigmund Freud dikarenakan adanya konflik-konflik yang tidak terselesaikan yang masuk ke alam bawah sadar dan dipendam. Ketika ada pemicu maka konflik-konflik tersebut keluar ke permukaan melalui perilaku-perilaku yang bisa kita amati itu namanya kesurupan.

Kesurupan, yang dalam bahasa Arab disebut ash-shar’u, yaitu gangguan  yang  menyebabkan  ketegangan  pada  tubuh  dan  bahkan  bisa  menyebabkan pingsan, mirip dengan epilepsi.) adalah kondisi saat akal seseorang terganggu, membuat mereka tidak mengerti apa yang dikatakan, kehilangan ingatan dan merasa bingung. Salah satu penyebabnya bisa saja berasal dari jin, yang mengganggu orang-orang yang berjiwa buruk.

Jin merupakan entitas makhluk ciptaan Allah Swt. yang memiliki potensi untuk mempengaruhi tubuh manusia dan memengaruhi perasaan serta pikiran mereka. Dalam konteks ini, terdapat berbagai jenis jin yang mempunyai kemampuan untuk masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan pengaruh negatif.

Baca juga: Maulid Nabi SAW: Ekspresi Kegembiraan dan Kesyukuran

Analisa Fenomena Kesurupan Jin dari Berbagai Sudut Pandang

Jika dahulu (sebelum banyaknya kajian-kajian ilmiah yang dipublikasikan), kesurupan hanya diyakini sebagai kejadian-kejadian mistis akibat campur tangan jin, setan, atau arwah-arwah jahat yang menghuni tempat-tempat yang dianggap angker. Mmaka berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, para ilmuwan pun dapat menganalisa fenomena ini dari berbagai sudut pandang.

Di Indonesia, terdapat beragam kesenian dan tradisi masyarakat yang melibatkan bantuan jin dan setan dengan melakukan ritual tertentu, misalnya untuk menjadikan “kuda lumping” (kesenian jaran kepang). Ritual ini biasanya dimulai dengan pemanggilan makhluk halus dengan menggunakan berbagai media, seperti sesajen berisi kembang tujuh rupa, ayam hitam (ayam ‘cemani’), batok kelapa, beras ketan kuning, telur ayam kapung, dan kemenyan yang dibakar.

Dalam hal ini, jin memiliki beberapa kesamaan dengan manusia, di antaranya mempunyai tempat tinggal, makan dan minum seperti halnya manusia, ada yang pria dan ada yang wanita. Untuk mengembangkan keturunannya, mereka menikah sebagaimana manusia, sama-sama mukallaf dan beragama.

Pendapat Ulama Soal Kesurupan Jin

Lalu, benarkah jin bisa masuk ke dalam tubuh manusia yang mengakibatkan kesurupan? Dalam masalah ini, Imam al-Qurthubi, Imam al-Asy’ari, Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu Taimiyah dan kebanyakan ulama mengakui akan keberadaan fenomena kesurupan. Menurut Imam al-Asy’ari, “Ahlussunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa jin bisa masuk ke dalam tubuh manusia sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S. Al-Baqarah Ayat 275, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri kecuali seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran (tekanan) penyakit gila.”

Imam al-Baghawi dan al-Qurthubi menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan keberadaan kesurupan oleh jin, dan menolak pendapat beberapa orang yang menganggap kesurupan sebagai gejala alam semata.

Selanjutnya Hadits Rasulullah Saw. menyatakan bahwa syetan berjalan dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah (Lihat kitab Shahih Al-Bukhari, hadits no. 7171 dan Shahih Muslim, hadits no. 5807). Al-Qadhi ‘Iyadh menjelaskan bahwa Hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa Allah memberikan kekuatan dan kemampuan kepada syetan untuk berjalan dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah.

Imam Al-Qurthubi menuturkan, Ayat ini menjadi dalil dan bukti atas kesalahan pendapat orang-orang yang mengingkari adanya kesurupan. Mereka menganggap bahwa tidak mungkin syetan dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Jika terjadi kesurupan, itu hanya karakter dan pembawaan manusia saja.

Kesimpulan Berdasarkan Dalil

Dengan demikian, dalil-dalil yang disebutkan di atas dengan jelas mengindikasikan bahwa jin memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tubuh manusia, khususnya melalui fenomena kesurupan. Islam sebagai agama yang mengajarkan pedoman hidup yang lengkap dan sempurna, memberikan petunjuk dan tuntunan bagi umatnya untuk menghadapi pengaruh negatif jin.

Terkait dengan cara jin masuk ke dalam tubuh manusia, pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan rinci. Dalam alam ini, ada contoh-contoh nyata bahwa aliran dapat masuk ke dalam suatu sistem melalui jalur yang sesuai. Seperti air yang mengalir dalam batang dan urat tumbuhan, air dan makanan yang mengalir dalam tubuh  manusia, serta arus listrik yang mengalir melalui kabel. Analogi ini menggambarkan bahwa syetan juga bisa mengalir dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah, dengan cara yang sesuai dan dibolehkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla.

Nah, pada saat di dalam tubuh ada sarang syetan, mereka bisa masuk melalui pembuluh darah karena di situlah letak simpul-simpul syetan. Namun, tidak semua pembuluh darah bisa dimasuki setan, kecuali wilayah yang sangat sensitif, yaitu pembuluh darah yang berperan dalam menghidupkan potensi otak kecil manusia.

Apabila seseorang terlalu banyak berpikir tanpa kendali dan mengalami penegangan pada pembuluh darah tersebut, maka dapat menyebabkan depresi. Penegangan ini diyakini dapat melemahkan potensi elektro tubuh dan memungkinkan ‘arus listrik’ dari jin untuk masuk, sehingga mengakibatkan kesurupan. Begitu pula jika seseorang seringkali mengkhayal, maka diyakini jin memiliki peluang untuk masuk melalui titik pembuluh darah tersebut.

Jenis Jin

Dari beberapa jenis jin, terdapat jenis jin pembantu tukang sihir, yang secara sukarela masuk ke dalam tubuh manusia atas perintah tukang sihir dengan tujuan untuk menyakiti seseorang. Jenis jin ini seringkali berkolaborasi dengan tukang sihir atau dukun yang telah menyembah dan mempersembahkan kepada jin tersebut. Dampak dari aksi jin ini adalah gangguan dan penderitaan bagi targetnya.

Selanjutnya, ada pula jenis jin yang ingin membalas dendam terhadap seseorang yang secara tidak sengaja ‘menyakiti’ mereka atau salah satu dari kerabat mereka. Dalam situasi seperti ini, jin memiliki niat untuk masuk ke dalam tubuh manusia dan melampiaskan dendam yang mereka simpan.

Cara Terhindar dari Pengaruh Jahat Jin

Agar terhindar dari pengaruh jin, ajaran Islam melarang untuk mengundang tindakan jahat dari jin, dan dijelaskan bahwa ada beberapa perilaku yang dapat menjadi pembuka bagi pengaruh jin. Seperti suka melamun/menghayal, ekspresi  berlebihan seperti terlalu  gembira, terlalu sedih, atau terlalu marah, dan juga menyimpan dendam. Kondisi-kondisi yang tidak stabil dapat menyebabkan kehilangan konsentrasi dan memberikan kesempatan bagi jin untuk mempengaruhi pikiran dan perasaan. Aidh al-Qarani juga menjelaskan dalam kitabnya La Tahzan, bahwa kesedihan tidak membawa manfaat, bahkan syetan senang dengan kesedihan, sehingga syetan selalu berusaha agar manusia selalu meratapi kesedihannya.

Dalam pandangan Islam, penting juga untuk menjaga kondisi pikiran dan perasaan agar tetap stabil dan terjaga. Menjauhi perilaku berlebihan dan berusaha untuk menghindari perasaan kesedihan yang berkepanjangan. Hal ini sebagai upaya untuk melindungi diri dari pengaruh jin dan menjaga keseimbangan spiritual dalam hidup kita.

Dengan menghindari sikap-sikap yang rentan mempengaruhi pikiran dan perasaan, sehingga dapat mencapai kestabilan emosi dan spiritual yang lebih baik. Sebagai umat Muslim, diajarkan untuk selalu berpegang pada ajaran agama dan berdoa kepada Allah SWT. Untuk perlindungan dan bimbingan dalam menghadapi cobaan hidup. Dalam hal ini tentunya harus selalu ingat pada Sang Pencipta dengan rajin-rajin beribadah yang benar, banyak berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Wallohu A’lam bi ash-Shawâb

Back to top button